Rabu, 12 Desember 2012

Pidato Peringatan 17 Agustus


Beberapa hari yang lalu penulis mendapat tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu membuat pidato. Cuma sekedar berbagi aja: 


"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
Pada kesempatan yang berbahagia kali ini kita memperingati detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Secara pribadi saya ingin menyampaikan kepada seluruh peserta upacara tentang betapa pentingnya mempertahankan dan mengisi sebuah kemerdekaan. Para pahlawan terdahulu berjuang keras hingga tetes darah penghabisan untuk meraih sebuah kemerdekaan. Suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia saat itu tentunya. Kini kemerdekaan tersebut telah kita raih. Lalu bagaimana selanjutnya? Tentunya kita harus mempertahankan dan mengisi kemerdekaan tersebut. Belajar dengan tekun adalah salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Melalui belajarlah kita dapat mengenal bangsa kita.
Mari kita renungkan bersama. Betapa banyaknya penduduk di daerah perbatasan yang lebih mengenal negara tetangga dari pada negaranya sendiri. Hal seperti ini terjadi karena terisolasinya daerah perbatasan serta lambatnya pembangunan di daerah tersebut. Para penduduk menggantungkan hidupnya dari negeri tetangga dan lebih memilih pergi ke negara tetangga yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan hidup dari pada pergi ke kota terdekat yang jaraknya sangat jauh. Alhasil mereka merasa asing dengan masyarakat Indonesia dan lebih akrab dengan masyarakat negara tetangga. Kemerdekaan yang telah diraihpun terasa hambar di sana. Saat ini Indonesia masih tertidur meskipun kemerdekaan telah lama digenggam.
Karena itu, jagalah selalu persatuan dan kesatuan bangsa. Karena persatuan dan kesatuan bangsa adalah kunci dari upaya kita mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Ingatlah ketika bangsa ini dijajah, persatuan dan kesatuan adalah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan saat itu sehingga bangsa ini dijajah begitu lama. Jangan biarkan kemerdekaan yang telah dicapai oleh para pahlawan kita dengan susah payah lepas begitu saja.
Janganlah kita menyia-nyiakan apa yang telah diraih para pahlawan. Bangsa ini harus berbenah untuk menjadi lebih baik lagi. Kita bangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang maju, bangsa yang disegani oleh seluruh negara di dunia bukan karena pemimpinnya saja tetapi juga karena para generasi penerus bangsa yang mengisi kemerdekaan. Mari kita bangun bangsa ini mulai dari diri kita sendiri. Kita tunjukan kepada dunia siapa kita sebenarnya. Kita bukanlah bangsa yang kecil, bukan bangsa yang penakut yang lari dari permasalahan yang menimpanya. Kita adalah bangsa yang besar yang berbudi luhur. Kita bangunkan Indonesia dari tidur panjangnya dan menatap masa depan dengan penuh rasa optimis. Inilah saatnya untuk kita membangun negara yang kita cintai ini. Kita buat Ibu Pertiwi bangga akan apa yang kita perbuat.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga apa yang telah saya sampaikan dapat berguna bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Senin, 15 Oktober 2012

Setahun yang lalu


Tepat setahun yang lalu (15 Oktober 2011), penulis mendapat pengalaman langka. Si penulis berangkat ke Jakarta selama dua bulan (lama banget, ngapain tu?). Penulis mengikuti pelatihan buat ikut WoPhO or World Physics Olympiad yang pertama (horeee...). Nah, ceritanya begini........
Hari jum’at 7 Oktober 2011, kelasnya si penulis (WASIAT/Warga Sebelas IPA Satu) bikin rusuh di kelas sampai-sampai disuruh pungut sampah sama kepsek habis tu disuruh pulang, padahal belum jam pulang . Enam hari kemudian, si penulis dipanggil guru fisika ke ruang kepala sekolah. Gugup banget ingat kejadian enam hari lalu (maklum, namanya juga ketua kelas) jangan-jangan kasusnya panjang ngak ada ekornya. Ternyata..........
Kepsek : “Sekolah kita ditunjuk disdik untuk mengirimkan satu siswanya untuk mengikuti olimpiade fisika dunia. Guru fisika sudah menentukan kamu lah yang mewakili sekolah. Hari sabtu nanti kamu berangkat. Kamu siap?”
Penulis : (Dengan perasaan bingung, gugup, atau apalah cuma ngangguk doang.)
Kepsek : “Bisa minta nomor orang tua kamu?”
Penulis : “Iya pak, nomornya 08xxxxx.........” (Wah, ortu sampai dipanggil ke sekolah)
            Hari kamis dikasih info, hari sabtu berangkat. Repot benget siap-siapnya. Nyusun baju, siapin foto, fotocopy ijazah piagam dan teman-temannya, cape’ banget. Padahal besoknya ade ulang tahun.
            Hari sabtu penulis berangkatnya siang hari sekitar jam 1, tapi paginya masih sempat-sempatnya ke sekolah buat pinjam buku olimpiade & pamitan sama guru + teman-teman + dia.... (ciee, siapa dia tu?). Sedih banget rasanya pisah sama mereka. Apalagi pas pamitan sama ortu, rasanya mau netes air mata... :-(
            Jam 1 baru berangkat dari Tanjung Selor. Ternyata si penulis bukan satu-satunya wakil dari kabupaten Bulungan. Ada satu orang lagi, cewe’ dari SMA N 1 Bunyu, namanya Rekha Apriliani (orangnya kecil, masih kelas X). Ada juga orang dari disdik yang dampingi kami, beliau adalah Bu Marta (tantenya ketua kelas XI IPA II). Berangkat dari bandara Juwata Tarakan jam 4 WITA sore, sampai di bandara Soetta Jakarta jam 9.30 WIB malam. Sampai di Soetta, kami dijemput oleh Pak Andre (namanya mirip penulis, hehe...) + anak dari Berau yang mau ikut olimpiade di luar negeri (anaknya tu kalau ngomong bahasanya baku banget...) Sampai di tempat pelatihan jam 10.30 malam, terus pergi makan malam. Jam setengah 12 malam baru bisa pergi tidur, cape’ banget....
            Tempat pelatihan kami di Binong Guest House. Si penulis menempati kamar nomor 24. Di situ penulis sekamar dengan Warih Aji Pamungkas dari Bontang dan Andi M. Rizki (Andress) dari Pare-Pare. Kelakuan anak-anak kamar nomor 24 dan teman-temannya mirip sama yang ada di film MESTAKUNG....



                                                                                                  Bulungan, 15 Oktober 2012

Kamis, 21 Juni 2012

Tugas yang jadi cerita


Libur telah tiba, libur telah tiba, hore, hore, hore.......
Nda terasa ya sekarang sudah libur semester. Nah, kalian mau ngapain aja ngisi libutan semester ni? Kalau saya sih, bertapa di depan monitor aja liburannya. Pas lagi asik bertapa di depan monitor, eh malah ingat sesuatu. Saya ingat tentang tugas praktikum sebelum liburan, kami disuruh buat pupuk. Nah, saya akan berbagi mengenai pupuk yang kami buat dan kejadian menarik di belakangnya. Begini ceritanya.......
 Suatu ketika di siang hari yang tenang pada tanggal 30 Mei 2012, berkumpulah 5 bocah ingusan di suatu rumah kos kediaman sang ketua OSIS SMA N 1 Tanjung Selor. Sebut saja mereka Jumadi, Ilham, A’an, Binsar, dan saya sendiri(si Andri). Siang itu kami merencanakan sesuatu yang sangaaat.....(sangat apa yo?). Kami akan membuat pupuk organik.
Pada mulanya kami berencana akan membuat pupuk tersebut di rumah kosnya Jumadi, namun karena tiadanya kompor dan panci besar(kasihan sekali, rumah tak ada kompornya), maka kami memindahkan kegiatan besar kami ke rumahnya Ilham. Untuk alat dan bahan serta langkah kerjanya, ini ada di bawah...

PUPUK TERASI

Alat dan bahan :
1.      Terasi 250 gr (ada dijual di pasar)
2.      Dedak 3 kg (ada juga dijual pasar)
3.      Air 5 liter (air apa aja yang penting H2O)
4.      Gula merah 250 gr (cari aja di pasar)
5.      1 liter EM4 (ada di agen pupuk)
6.      Kompor (untuk masak)
7.      Sendok besar atau apa ajalah untuk ngaduk pupuk
8.      Panci (yang gede ya...)
9.      Hal-hal lain yang di luar dugaan akan dibutuhkan

Cara membuat :
1.      Panaskan air hingga 100°C atau 373K pada tekanan 1 atm (sampai mendidih), lalu masukkan terasi, gula merah, dan dedak. Aduk rata.
2.      Didihkan larutan lalu angkat dan dinginkan.
3.      Setelah larutan dingin, masukkan EM4 sambil diaduk hingga rata.
4.      Tutup rapat campuran pupuk, diamkan selama 3-4 hari.
5.      Pupuk siap digunakan.
*Berdasarkan catatan yang diberikan guru mata pelajaran

Ada hal yang menarik selama proses pembuatan pupuk itu hingga selesai. Yaitu......
1.      Panci yang kami digunakan merupakan panci bekas perlengkapan perpisahan kakak kelas. Kami nyolong panci itu di sekolah(e’eee, nakalnya anak-anak ini).
2.      Jumadi, Binsar dan Ilham batuk-batuk setelah menghirup uap dari terasi dan gula merah yang dicampur ke air mendidih.
3.      Berdasarkan pendapat teman-teman yang membuat pupuk, campuran pupuk yang masih panas bentuknya menyerupai TAI.
4.      Pupuk kami tuang ke daun pisang, lalu diangin-anginkan biar cepat dingin. Habis itu, dituang lagi ke panci lalu dicampur EM4.
5.      Campuran pupuk kami tutup dengan plastik lalu ditutup lagi dengan tutup panci yang diikatkan ke panci lalu dibungkus plastik.
6.      Pupuk yang sudah jadi bentuknya mirip SAMBAL KACANG untuk makan gorengan.
7.      Jumadi muntah ketika plastik penutup pupuk di buka(aromanya itu lo...)
8.      Kami mengemas pupuk di dalam jerigen bekas minyak makan.
9.      Kami menggunakan bagian atas botol yang dipotong sebagai corong untuk memasukkan pupuk ke jerigen.
10.  Proses keluarnya pupuk dari corong masuk ke jerigen mirip dengan proses keluarnya TAI dari lubang dubur manusia.
11.  Jumadi histeris sendiri ketika ada pupuk yang menetes ke tanggannya saat di tuang ke corong.
12.  Jerigen kemasan kami beri lebel khusus sebagai tanda buatan kami.